Berbagai macam aliran kebatinan telah tumbuh di Indonesia, terutama di Jawa Tengah. Ada yang menamakan dirinya "Ngelmu sejati", "Islam Murni", "Islam Hak", "Agama Kuring"(Sunda), dll. Banyak yang telah mempelajarinya, baik dari dalam maupun luar negeri.
kebatinan diambil dari bahasa arab, "Bathin", lawan kata dari "Dzahir". batin berarti bagian dalam, sedangkan Lahir artinya bagian luar.
kuat dugaan bahwa kebatinan adalah nama suatu firqah dalam Islam yang keluar dari garis aslinya, yaitu Firqah yang bernama bathiniyyah. mereka memiliki semboyan :
"li kulli zhahirun bathinun, wa likulli tanzilin ta'wilun"
" setiap lahir ada batinnya, dan tiap-tiap yang turun ada ta'wilnya."
contoh dari pemakaian semboyan tersebut adalah kisah Nabi Ibrahim. menurut batiniyah, api yang melahap Nabi Ibrahim bukanlah api sesungguhnya, melainkan perlambang panasnya pemerintahan Raja Namrudz. sebab itu, mereka tidak percaya mu'jizat. setiap ayat di Al-Qur'an menurut mereka punya arti sendiri.
Sebab-sebab tumbuhnya
kebatinan mudah tumbuh di Indonesia, terutama Jawa. itu disebabkan karena dulu dasar-dasar untuk itu sudah ada. negeri ini lebih dulu dimasuki oleh Hindu dan Buddha. kedua agama tersebut lebih tertuju pada urusan kerohanian. agama hindu mengajarakan Atman, yaitu bahwa seluruh yang ada ini adalah satu belaka, dan itu semua adalah Tuhan. sedangkan Buddha tidak mengajarkan siapa itu Tuhan.
Sebelum ada 2 agama tersebut, nenek moyang kita telah mengenal animisme dan dinamisme. mereka menganggap roh berada di tempat tertinggi, yaitu, kahyangan. kata hyang berarti roh atau nenek moyang. masuknya agama Islam tidak memperlekas proses pergantian agama. timbulah sinkritisme, yaitu usaha mencari kecocokan dan persesuaian.
lantaran itu, tidak heranlah jika kepercayaan pada kesaktian Wali Songo lebih bersifat mendewakan, daripada menganggapnya sebagai wali atau ulama penyebar Islam.
sebuah cerita pegangan teguh orang jawa yang bernama Dewa Ruci, atau Bima Suci dicoba juga menyesuaikan dengan tashawwuf Islam. dalam "Serat Dewa Ruci" itu disebutkan bahwa Bhima dari Pandawa disuruh oleh gurunya Durna mencari air Suci dan hikmat tertinggi di dasar laut. di snalah mereka bertemu Dewa Ruci. tetapi di setengah naskah tersebut disebutkan bahwa Dewa Ruci adalah Nabi Kilir (Khidir). yang menurut kaum sufi tidak mati-mati.
perbedaan kaum pesisir dengan kaum pedalaman
kaum pesisir adalah kaum yang mendapat langsung ajaran Islam dari para pendatang Islam. Mereka mendapat ajaran Islam yang murni atau tauhid. sedangkan kaum pedalaman atau agraris, mereka masih bercampur dengan adat Hindu dan Budha, seperti kita ketahui bahwa Candi Borobudur dan Candi Prambanan terletak di pedalaman. tergesernya Kerajaan Mataram ke arah pedalaman membuat Islam yang ada di kerajaan Mataram tercampur dengan kepercayaan terdahulu orang-orang pedalaman. sinkretisme terhadap Islam timbul dan membuat beberapa ajaran-ajaran yang berbeda jauh dari jalan lurus Islam tauhid.