Pages

Kamis, 11 September 2014

FEODALISME MENUMBUHKAN ILMU KEBATINAN


                Feodalisme atau menuhankan raja, adalah salah satu dasar untuk memupuk apa yang dinamai ilmu kebatinan. Tak jarang orang yang kuat aqidahnya dan tauhid yang mantap, ia akan menentang feodalisme. Tak jarang pada waktu itu kerajaan atau bangsawan berselisih dengan ulama’ yang mempunyai agama yang kuat dan murni sehingga terjadi peperangan. Tapi ada juga yang ingin secara damai. Penyebaran secara damai juga mempunyai resiko yang cukup tinggi, Islam sendiri menjadi samar-samar atau bercampur aduk dengan kepercayaan yang sudah ada, Islam ia, Hindu ia, Buddha ia, animisme ia, komunispun iya.
                Alm. Kyai H. Mas Mansur pernah bercerita bahwa ketika Sunan Giri diundang ke Mataram, setelah beliau kembali lagi ke Giri, ada muridnya yang bertanya tentang pengalaman beliau. Beliau menjawab: “Jauh perbedaannya dengan kita di sini! Di kita Pangeran hanya satu, di sana semua orang yang bertemu di istana adalah pangeran.”
                Pertentangan pernah memuncak pada jaman Amangkurat I (1646-1677), putera dari Sultan Agung. Beliau sangat berbeda dengan ayahnya yang disebut sebagai “Sayyidin Panoto Gomo”. Amangkurat I sudah bosan dengan kefanatikan kaum agama Islam yang menganggap raja adalah manusia biasa. Tercatat pada waktu itu terjadi penangkapan besar-besaran terhadap Ulama dan Santri lalu dibunuh di alon-alon Kartasura.
                Islamo-phobi telah tumbuh sejak itu. Ulama-ulama pindah dan mendirikan pesantren di tempat lain, menurut ajaran Imam Ghazali : “Supaya selamat jauhi istana”. Tetapi tidak semua kaum Islam pindah. Ada yang tinggal hati-hati di sekitar istana. Pada waktu itulah timbul golongan mutihan yang bersorban putih dan taat beragama serta kaum abangan yang hidup mengatasnamakan Islam tapi tidak menjalankan syari’at.
                Sebab itu, feodalisme adalah salah satu sebab timbulnya Kebatinan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar